Home » Online Training – Knowledge Workers di Era Pandemi Covid-19
Online Training – Knowledge Workers di Era Pandemi Covid-19
February 4, 2021
Jadwal Pelatihan Online Training – Knowledge Workers di Era Pandemi Covid-19
Tanggal | Tempat | Kota | Belum ada jadwal terbaru |
LATAR BELAKANG
Pertemuan kali ini merupakan diskusi awal untuk mencari bentuk implementasi knowledge management di RS. Sesi ini juga mendiskusikan apakah pelatihan online diperlukan untuk membantu para direktur RS agar knowledge management di lembaganya bisa berjalan, siapa knowledge workers yang akan memfasilitasi dan bagaimana kesiapan lembaga dalam mengembangkan knowledge management.
Narasumber sekaligus fasilitator diskusi memaparkan bahwa knowledge based organization adalah lembaga yang menggunakan knowledge dari para SDM-nya untuk memproduksi pengetahuan dan menciptakan produk pelayanan. Istilah knowledge workers sudah diperkenalkan oleh Peter Drucker sejak 1959 melalui bukunya The Landmarks of Tomorrow. Contoh knowledge workers di RS adalah dokter, manajer, perencana, profesional bidang teknologi informasi dan sebagainya.
Pertanyaannya, apakah knowledge merupakan hal yang dicari sendiri atau difasilitasi? Adakah SDM di RS yang merupakan knowledge workers yang mengurusi knowledge workers lainnya (pustakawan, manajer penelitian dan sebagainya)? Apakah hal ini diperlukan? Bagaimana dengan RS yang berbentuk jaringan, asosiasi dan sebagainya, apakah merasa memerlukan unit khusus yang mengelola knowledge? Apakah hal ini dikelola bersama di level holding atau kantor pusat, atau di masing-masing RS?
MATERI Training Online – Knowledge Workers di Era Pandemi Covid-19
- Knowledge Workers perlu ada di dua kelompok pekerjaan di RS, yaitu di kelompok klinisi dan kelompok manajemen
- Knowledge Workers berperan men-support pengambilan keputusan dengan bukti-bukti yang relevan, baik di area klinis, manajemen, maupun irisan dari keduanya.
- Fungsi knowledge workers di RS belum berjalan optimal khususnya pada sistem manajemen mutu, terlihat dari masih seringnya terjadi kesalahan berulang dan belum menjadi budaya RS.
- Dalam konteks RS jaringan, knowledge workers diperlukan sebagai think tank di level holding untuk mendukung pengambilan kebijakan pada level holding atau corporate, namun di level RS juga diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan spesifik sesuai dengan masalah di masing-masing RS.
- Pada RS yang cukup besar, pekerjaan knowledge management tidak bisa dilakukan sebagai tugas sambilan, melainkan harus secara profesional.
- Unit Litbang di RS belum berperan sebagai knowledge workers, melainkan sebatas pada mengumpulkan hasil-hasil penelitian (klinis).
- Di luar sektor kesehatan, contoh kasus implementasi knowledge management yang sudah baik misalnya di firma hukum. Ada unit yang disebut know-how-department atau legal service yang fungsinya memberikan layanan pengumpulan pengetahuan dan membuat summary untuk mendukung proses produksi legal opinion seorang lawyer, sehingga jam kerja lawyer menjadi lebih singkat dan biaya yang harus dikeluarkan oleh firma tersebut menjadi lebih rendah.
- Di era COVID-19, klinisi berperan juga sebagai think tank yang yang secara aktif mencari update terkait penanganan COVID-19 dan menyerahkannya pada direksi sebgaai bahan pembuatan kebijakan baru.
- Asosiasi RS berperan besar untuk membantu RS-RS kecil yang berupa single-entity dan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk investasi dalam hal knowledge management.
- Pustakawan tidak tidak dilatih untuk melakukan pengelolaan pengetahuan, melainkan sebatas penyimpanan pustaka. Hal yang diperlukan oleh RS adalah orang atau tim yang mampu merangkai seluruh events dan knowledge dan menggunakannya untuk membantu RS berkembang.
- Tim Knowledge Management berasal dari dokter, perawat dan staf inti RS, yang di-support oleh 1-2 orang ahli manajemen pengetahuan yang men-storage, membuat taksonomi dan kemudian me-retrieve kembali saat diperlukan.