Tanggal | Tempat | Kota |
---|---|---|
Belum ada jadwal terbaru |
DESKRIPSI
Selama ini, gas klorin diandalkan sebagai disinfektan dalam proses pengolahan air oleh banyak utilitas air minum di seluruh dunia, termasuk oleh PDAM di Indonesia. Namun, harus diakui bahwa resiko dan kompleksitas pemakaian gas klorin cukup tinggi. Kini, hadir inovasi berupa Sistem Elektro-klorinasi dengan bahan baku garam. Sistem ini menawarkan solusi yang lebih aman, efisien, sekaligus meningkatkan kualitas air hasil produksi.
Gas klorin (Cl2) umum digunakan dalam proses disinfeksi air. Dosis klorin harus diperhitungkan secara cermat agar efektif mengoksidasi bahan-bahan organik, membunuh kuman patogen, dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air. Batas aman klorin dalam air adalah 0,2 miligram per liter.
Masalahnya, gas klorin termasuk bahan kimia berbahaya yang harus ditangani dengan sangat hati-hati, baik dalam pengangkutan, penyimpanan maupun pemakaiannya. Beberapa kejadian kebocoran gas klorin yang menimbulkan korban manusia membuktikan tingginya resiko pemakaian gas ini. Faktor resiko (safety) ini, juga proses pengangkutan dan penyimpanan yang merepotkan, menjadi kelemahan yang mendorong para ahli di Jerman mencari alternatif pengganti gas klorin dalam proses disinfeksi air olahan.
Elektro-klorinasi (electro-chlorination) kemudian lahir sebagai solusi alternatif. Elektro-klorinasi adalah sistem pembuatan disinfektan berupa natrium hipoklorit (NaOCl) secara on-site (langsung di tempat). Tidak seperti gas klorin, natrium hipoklorit bukan bahan berbahaya, sehingga dapat disimpan dan dipakai dengan aman.
OUTLINE MATERI Training Online – Elektrochlorinasi
Data Materi Training | |
Topik Training | : Online Training – Elektrochlorinasi |
Link | |
*Jumlah Peserta | |
*Nama Peserta Yang Didaftarkan | |
Personal Data | |
*Nama | |
*Jabatan | |
*Nama Perusahaan | |
*Alamat Perusahaan | |
*Email Perusahaan | |
*Email Alternatif | |
*Telepon Kantor | |
Ekstensi | |
*Handphone | |
* Harus di isi | |
![]() | |